Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya (HR. Thabrani)

Saturday 30 April 2016

Posted by Anisa Wilujeng in | 23:30 No comments
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Halo teman-teman semuanya? Apa kabar? Masih semangat? Selalu dong yaa.

In this precious occasion, let me share something for you. ^_^

Pagi ini, 1 Mei 2016, Alhamdulillah saya bisa bertemu dengan salah satu penulis favorit saya, yakni ustad Ahmad Rifa’i Rif’an. Beliau masuk dalam klist penulis favorit saya baru-baru ini. Saya mengetahui Beliau ketika ada orang yang nge-share postingan Beliau. Jadilah saya sedikit ‘kepo’ dengan wall Beliau. Setelah lihat postingan-postingan di wall Beliau, rasanya JLEB JLEB JLEB. Saya merasa tersindir (*angkat tangan tutupin mata).

Beliau termasuk penulis muda yang sangat produktif. Hingga hari ini. Ada sekitar 80 buku yang sudah beliau tulis. Bahasa tulis yang Beliau gunakan pun mudah dicerna, dan esensi(isi) dari apa yang ingin disampaikan tetep ngena.

Alhamdulillah, hari ini saya bisa join kegiatan Bedah Buku “Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk” dengan pembedahnya adalah penulisnya sendiri yakni ustad Ahmad Arif Rifan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Takmir Masjid Universitas Islam Indonesia (Jalan Kaliurang). Kegiatan ini dimulai sekitar pukul 06.30, berakhir sekitar pukul 08.00. Walaupun terbilang sebentar, tetapi Alhamdulillah bobot materi yang disampaikan bisa padat dan tentu saja Ngena. Lanjut yaa ^_^


Oh ya, sebelumnya perkenankan saya untuk mendiskripsikan sedikit tentang buku yang akan dibedah ya? Buku “Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk” saat ini telah mencapai cetakan yang ke-17.  Beliau juga menyampaikan jika buku ini adalah buku yang paling tebal dan tentu saja paling mahal diantara buku-buku beliau yang lainnya, tetapi ternyata juga yang paling laris. Ada 4 pokok bahasan yang disampaikan di buku ini; Menata Hati, Membenahi Nurani; Rumahku, Surgaku; Memancarkan Cahaya Surga di Tempat Kerja; dan Memperkkokoh Semangat dan Visi Hidup.

Karena materi yang dikaji cukup luas dan banyak, maka saya akan memisahkan bersub-sub agar mudah saat dibaca. Oh ya, karena luasnya cangkupan buku “Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk”, maka beliau juga menghubung-hubungkan dengan buku-buku beliau lainnya yang masih ada kaitannya dengan buku tersebut (baik disampaikan isinya, ataupun saat beliau mengisi bedah buku dimana-mana).


1. The Perfect Muslimah
Salah satu buku beliau yang laris lainnya adalah buku “The Perfect Muslimah”. Beliau kemudian bercerita jika ada hal yang sangat menarik ketika beliau membedah buku ini disuatu acara. Beliau menyampaikan bahwa pandangan penulis tentang Perfect Muslimah itu; Indah akhlaknya, teduh parasnya, brilian otaknya, mantap ilmu agamanya, luas pergaulannya, dahsyat prestasinya, hebat kontribusinya. Auranya terjaga, pergaulannya terjaga, perilakunya terjaga. Matanya berkilau oleh air mata takwa, bibirnya basah dengan untaian petuah, rambutnya tertutup oleh juluran jilbabnya. Bicaranya dakwah, pendengarannya tilawah, geraknya jihad fii sabilillah. Hatinya penuh zikir, otaknya penuh pikir, dipercantik oleh jaganya lahir.

Kemudian beliau bertanya kepada audiens,” kira-kira ada enggak perfect muslimah itu?”
“Tidakkkkk….” begitulah sahutan audiens. Eh, tapi ternyata ada seorang perempuan yang menjawab berbeda. Perempuan itu menjawab, “perfect muslimah itu ada. Bahkan saya ingin mengkritisi buku ini. Seharusnya buku ini tidak perlu menambahkan kata PERFECT, karena tanpa kata perfect pun, MUSLIMAH itu sudah sempurna. Karena dia adalah Muslimah; ajaran yang diajarkan kepadanya adalah ajaran yang paling sempurna, yang kesemuanya tidak ada yang tidak bermanfaat; Kitab sucinya adalah kitab suci paling sempurna; dan manusia panutannya adalah manusia yang paling sempurna di muka bumi. Dan jika ada kepribadian ada yang kurang beres, berarti menandakan bahwa dia belum mengamalkan ajaran ataupun kitab suci”
(wihhhhhhhh…..luar biasa . Wah, berat sekali ya gelar Muslimah itu :o )


2. Ibadah
Pada saat sesi tanya jawab, seorang audien bertanya, “Cobaan paling besar bagi kebanyakan mahasiswa adalah sulitnya memanage waktu untuk melaksanakan ibadah. Ya memang berat, karena tugas akademik dan organisasi cukup banyak. Lantas bagimana sikap kita menghadapi persoalan tersebut?”

Ustadz Rifai lantas menjawab,”Coba kita amati pertanyaannya lagi. Kurang waktu untuk ibadah karena mengurus organisasi dan akademik? Coba kita lihat definisi ibadah. Ibn Taimiyyah menjelaskan bahwa ibadah adalah segala aktivitas yang dilakukan lillahita’ala. Jadi, segala aktivitas yang kita lakukan bisa dijadikan/bernilai ibadah jika NIAT yang kita niatkan benar. Berorganisasi dan Belajar juga merupakan ibadah. Hanya saja kemudian ibadah memang dibagi menjadi dua bagian yaitu ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Nah, pelaksanaan waktu, itu memang pintar-pintarnya kita dalam membagi waktu. Apakah ada orang yang nilai akademiknya bagus, organisasinya aktif, tetapi dia juga tidak meninggalkan ibadah wajibnya kepada Allah? Sudah banyakkan orang-orang seperti itu. Itu menunjukkan bahwa sebenarnya kita juga bisa melakukan hal yang demikian. Dan yang paling penting adalah, sebelum melakukan aktivitas apapun, mari berpikir sejenak, kira-kira Allah ridho atau tidak ya? Jika sekiranya iya, maka lakukan! ”
(semangat semangat!)


3. Kajian dengan Tema berat
Di sesi berikutnya, ada pertanyaan,”Ustad, sering kali kalo misal ada tema-tema yang berat dalam kajian, terkadang kita susah sekali untuk hadir ataupun berniat mengkajinya. Bagaimana ya?”
Beliau menjawab,”Itu bisa terjadi karena dari dalam diri kita sendiri kita masih belum selesai dengan diri kita. Bisa juga karena kurangnya sosok teladan (yang pengkajiannya hebat, kontribusinya juga hebat, ibadahnya juga hebat). Jika kita tahu bahwa masih minimnya sosok teladan, mari kita berupaya menjadi sosok tersebut. Karena hal itu juga merupakan salah satu media untuk berdakwah.”


4. Pendamping Hidup
Sekarang, kita masuk ke bahasan pendamping hidup. (Eaaaa…. Hayoooo… Ihir..)
Tidak pernah ada yang mengharuskan jika kita harus menikah dengan orang yang kita cintai, karena itu bukan suatu keharusan. Tetapi jika pas ‘ngepasi ya nggak masalah’. Yang dianjurkan adalah pilihlah yang shalih dan alim/berilmu, selanjutnya terserah.


Nah, para Pemirsa, sebenarnya sub-sub bab lainnya masih banyak, masih ada delapan lagi. Tapi kita bahas next time aja ya, hihi. Ini saya tuliskan point-point yang belum:
5. Padi dan Rumput
6. Lambat Matang
7. Cambuk kepada Diri Sendiri
8. Ibadah Haji
9. Ridha Allah
10. Berteman, Bersahabat
11. Prestasi Akademik sebagai Sarana untuk Berdakwah
12. Godaan yang semakin menghebat

Sekian dulu ya, terimakasih sudah berkunjung ke blog saya. :D
Wassalamu’alaykum Wr.Wb.

Thursday 28 April 2016

Posted by Anisa Wilujeng in | 17:35 2 comments
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Halo para amazing muslimah? Apa kabar? Halo halo! Semoga selalu istiqamah di jalan-Nya :D
Hehe, maap ya yang disapa hanya yang muslimah, karena tema yang akan saya hadirkan saat ini adalah my short journey #Berhijab. Jadi lebih spesifik ke muslimahnya. Tereret tereret (^O^) Tapi kalo para lelaki mau baca juga boleh kok, gak dilarang.

Tidak ada maksud apa-apa ketika saya menuliskan ini, hanya ingin memonumenkan kenangan sekaligus pengalaman saya sembari saling menasehati satu sama lain, ya karena itulah salah satu kewajiban seorang muslim, saling menasehati dalam kebaikan. Kalo ada masukan, boleh kok. Saya menerima segala kritikan. ^)^

Hayoo, yang para muslimah, udah berhijab belom ya? Kalo sudah, Alhamdulillah. Kalo belum, pada mau nyusul kapan nih? Hihi… Hijab itu multifungsi lo, gak hanya menghindarkan kita dari panasnya matahari, tapi juga menghindarkan dari panasnya api neraka. Semoga segera menyusul ya Cantik. :D
Saya sendiri baru mulai memutuskan berhijab sejak kelas 2 SMA saat semester 2. Sebenernya juga gak menyangka jika pada akhirnya saya memilih untuk berhijab. Dulu mah lihat orang berhijab itu kesannya gerah banget, ribet lagi. BUT, ACTUALLY I AM WRONG.

Sebenernya sudah beberapa teman yang membujuk untuk berhijab, tapi dalam diri sendiri belum ada keinginan untuk itu. Saya hanya merasa belum ada tuntutan/keharusan untuk ke arah sana. Membuat suatu keputusan (apalagi berhijab) bagi saya bukan sebuah keputusan yang main-main. Karena ketika kita sudah memutuskan untuk berhijab, maka selanjutnya ya harus istiqamah dengan berhijab itu. Menurutku gak masalah juga kalo gak berhijab, toh yang penting kita tetep bisa jadi orang baik dan tetep berkelakuan baik, I think it is enough.

Sampai pada suatu hari, ada seorang teman yang mengirim SMS tentang kewajiban berhijab bagi setiap muslimah. Saat itu, lumayan JLEB juga SMSnya. Saya sedikit gak percaya terhadap apa yang disampaikan, makanya saya segera searching kewajiban hijab bagi muslimah. Satu persatu ayat-ayat Al-Qur’an mulai mucul.

Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allâh maha mengatahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [an-Nûr/24:31]

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]


Lemas sudah saya. Galau. Ya gimana gak galau, kewajiban berhijab ternyata jelas-jelas tercantum di dalam Al-Qur’an. Jujur saja, saya tidak tahu jika ada kewajiban seperti itu. Ya sebabnya mungkin juga karena saat saya membaca Al-Qur’an, saya jarang membaca terjemahannya, nah impact nya ya gini ini. So, buat teman-teman, kalo membaca Al-Qur’an jangan lupa dibaca terjemahannya juga yaaa.. biar tau esensinya juga (n_n). Walaupun saya juga bukan dalam kategori barisan orang alim, tapi saat itu saya gelisah. Masalahnya kewajiban itu ada di Al-Qur’an, sebuah kitab yang WAJIB ‘AIN diyakini oleh orang yang mengaku agamanya Islam. Setelah berpikirselama beberapa hari, akhirnya saya putuskan untuk berhijab. Karena saya tidak mempunyai alasan yang cukup untuk menolak hukum tersebut.


BAGAIMANA PANDANGAN ORANG-ORANG TERHADAP KEPUTUSAN SAYA?
1. ORANG TUA
Awalnya orang tua saya cukup heran dengan keputusan saya, terutama ibu saya. Ibu terus bertanya, “Beneran mau pake kerudung? Beneran? Tapi kalo udah pake kerudung, jangan dilepas-lepas lo. Ibu nggak suka kalo dilepas pakai lepas pakai. Gimana, mau tetep pakai kerudung?” Aku mengangguk mantap. Ya gimana lagi, ketika niat sudah diikrarkan harus mantab mengangguknya, apalagi dihadapan orang tua. Jika ragu, pasti akan batal. Dan akhirnya direstui memakai mahkota itu (kerudung maksudnya J)

2. GURU
Yang gak kalah heboh lagi, beberapa guru yang cukup mengenal saya. Beberapa dari mereka senang melihat keputusan saya berhijab. Bahkan beberapa diantara mereka membelikan saya kerudung (asiiikkk dapat gratisan, haha).
Tetapi ada juga guru yang heran dengan keputusan saya berhijab, sampai-sampai beliau bertanya, “Loh, Anisa kok pakai kerudung? Kan anisa nasionalismenya tinggi?” Nah, aku cukup bingung menanggapi pertanyaan itu, aku cuma cengar-cengir aja sambil menjawab, “Hehe, ya kan gak papa.”
Menurut saya juga gak ada relasinya antara berhijab dan sikap nasionalisme. Ya mungkin pandangan orang berbeda-beda. Tapi yang jelas, saya tetap berdarah Indonesia, saya tetap generasi merah putih yang cinta Indonesia. MERDEKA! [^)^]

3. TEMAN-TEMAN
Karena pada saat itu sudah lumayan banyak juga yang berkerudung, saya ya enjoy saja. Kebanyakan teman-teman saya besyukur karena saya sudah memutuskan pilihan yang tepat. Selamat untuk diri saya sendiri! (#-#)



Kalo kamu, gimana ceritamu berhijab? J


Sekian, Wassalamu'alaykum Wr.Wb. 
Posted by Anisa Wilujeng in | 08:10 No comments
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Rindu, iyaaaa, rindu naik gunung! Hehe. Sampe segitunya banget ya? Ya memang iya. Rindu suasananya. Indah.

Sudah lama banget pengen naik gunung. Alhamdulillah kesampaian! Diizinkan sama Allah pergi bersama teman-teman yang super baik dan shalih, ada mbak bro Ifni, Sulimah, Toda, Farah Hilmy, plus mas Mifta. Thanks friends, you are totally amazing, really! >.<

Jika pengalaman adalah guru terbaik, maka perkenankan saya untuk mengabadikan kisah luar biasa ini. Selain itu juga sebagai rasa syukur atas hadiah luar biasa yang diberikan Allah Swt menjelang kelulusan ini. Tulisan ini juga saya persembahkan untuk teman-teman seperjuangan yang sudah membersamai saya naik gunung.

Gunung yang kami daki adalah Gunung Merbabu. Ada beberapa titik yang bisa dijadikan jalur pendakian, dan jalur pendakian yang kami tempuh adalah lewat Suwanting (berdasarkan instruksi pemandu).

Aku ingin naik gunung, karena aku ingin merasakan sensasi naik gunung, juga ingin mencari hakikat, mengapa Allah juga memberikan perhatian kepada gunung. Aku percaya pasti akan ada banyak pelajaran yang bisa diambil. :D

“Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan.” (Qs. Al-Ghasyiah [88]:19)


Oh ya sebelum dimulai petualangannya, saya ingin memperkenalkan para aktornya. Leader perjalanan ini adalah mbak bro Ifni, pemandu dan pelindungnya adalah mas Mifta. Anggota terkuat adalah Sulimah, anggota periang adalah Toda, dan anggota terheboh adalah Farah. Sedangkan saya sendiri adalah …..(apa?)… apa ya enaknya? Penonton sajalah, karena saya selalu terhibur dengan aksi-aksi mereka. Haha.

PACKING 
Mbak bro Ifni as a leader, H-7 sudah mulai memberikan maklumat barang-barang apa saja yang harus dibawa, diantaranya ada Sleepingbag, Matras, Senter, Baju Ganti, Air mineral 2 botol besar, jaket super tebal, kaos tangan, kaos kaki, mantel, payung, alat ibadah, dan makanan. Di hari H nya Alhamdulillah kami kesemuanya sudah siap dengan barang-barang yang sudah dimaklumatkan, bahkan ada yang over makanan, hayo siapa hayo :p

Sejujurnya pada saat mencangklong tas gunung untuk pertama kalinya, actually it’s so hard for me. Berat, berat banget, asli! Saat jalan biasa sedikit kualahan, jalannya miring-miring, udah kaya’ menara Pisa. Haha. Tapi hal itu juga dirasakan teman-temanku lainnya. Mereka juga kualahan. Maklum kami masih para newbe, masih amatir sangat.

BERANGKAT
Berkumpul di kos mbak bro ifni pukul 10.00 dan cus ke Basecamp Suwanting. Di basecamp, kami dijelaskan rute-rutennya; ada 3 pos, jarak pos 2 ke pos 3 lumayan jauh dan cukup terjal. “Kalo cowoknya ada tiga, berarti cowoknya dikasihkan di depan, tengah, belakang. Kalo cuma ada dua berarti taruh di depan dan belakang, perjalanan ini biasanya 8 jam’an” nasehat Mas Basecamp. Kami berlima (ifni, Suli, Toda, Farah, aku) cuma bisa senyum-senyum gak jelas, haha, la cowoknya aja cuma satu aja. Hehe. Satu gak apa-apa, yang penting expert (itu asumsiku). Kalo katanya mbak bro Ifni sih selama sama mas Mifta gakpapa, sudah percaya banget bakal bisa jagain adik-adik yang kece badai ini. Haha.

MENDAKI
Sebelum mendaki apa yang harus dilakukan?
Berdoa. Ya, benar sekali. Selain itu, ada yang gak kalah penting, yaitu meluruskan niat. Mas Mifta mulai memberikan wejangan-wejangan dahsyatnya. Honestly, his advise really touched. Pesannya, “Mari meluruskan niat. Bahwa mendaki gunung itu bukan hanya tentang foto-foto, tetapi lebih dari itu. Mari diniatkan untuk ibadah. Kita nge-camp nya di pos 3 ya, biar gak kejauhan ke puncaknya.” (lupa kalimatnya, tapi ya intinya gitu, hehe). Dan kami pun mangut-mangut mengiyakan dengan semangat.

OKE, GO! BERANGKAT! SEMANGAT SEMANGAT!
Baru beberapa belas meter, kami kualahan berjalan. Bukan kami sih, terutama aku. Haha.. sudah menggeh-menggeh (udah gak olahraga sejak 3 tahun yang lalu, OMG!). Keringatku sudah bercucuran kemana-mana. Farah juga sepertinya senasib denganku. Merasa ada salah dengan teknik packing dan teknik pembawaan tas, akhirnya pemandu menyuruh berhenti dan merombak cara packing. Saat itu hujan juga mulai menyapa kami. Mantap deh yaaa naik gunung itu, belum apa-apa sudah disambut hujan, luar byasak. Akhirnya kami berhenti sejenak untuk memakai mantol. Setelah tahu cara memakai tas gunung, bebannya jadi tidak terlalu berat, walaupun ya tetep berat (-_-) tapi mendingan. Berembun, artinya kacamataku juga akan bermasalah, gak kelihatan, ketutup air, akhirnya lepas kaca mata, anggap saja terapi mata.

Di garda depan adalah mbak bro Ifni, tapi kemudian diganti sama mbak bro Farah, mbak bro Ifni jalannya cepet begete, langkahnya lebar lagi, jadi pada kualahan (terutama aku, #tutupmata), wkwk. POS 1 Lewattttt. Yeay! Lanjut. Di pertengahan antara pos 1 dan pos 2, kami break sejenak, shalat ashar. Dari pos ini, kumandang adzan masih terdengar, rasanya tenang dan senang banget. Nah, di sini lah penjepretan foto-foto dimulai, hehe. Sudah terang gak hujan. Pemandangannya pun memesona. Indahnyaaaaaa. Gunung merapi terlihat anggun.

                       

Lanjut perjalanan. Sepanjang perjalanan juga mulai bertemu dengan pendaki-pendaki lainnya. Bertemu para pendaki lainnya itu seperti bertemu dengan teman-teman akrab, hehe. Mungkin karena satu visi juga kali ya, hehe. Prinsipnya harus saling menolong dan menyemangati. Di pos 2 kami berhenti sejenak. Saat itu sepertinya sudah waktu isya’. Kami mulai mennghangatkan diri dengan makan pop mie dan minum yang panas-panas. Setelahnya merasa cukup dengan breaknya, kami melanjukan perjalanan, karena tujuan kami adalah pos 3, setelah itu baru boleh istirahat. Perkiraan awal sampai di pos 3 adalah pukul 10 malam. Di tengah jalan, ada yang sangat kualahan berjalan, ternyata kekenyangan. Haha. Jadilah, kami berhenti sejenak. Setelah itu lanjut lagi! :D

Jalan dan terus berjalan. Semangat dan saling menyemangati. Ngelihat jam ternyata sudah berganti hari. Jam 1 pagi! Dan belum sampai Pos 3. Wah, luar byasak. Langkah kaki juga sudah berat. Lanjut lagi. Berhenti lagi. Lanjut lagi. Berhenti lagi. Ya seperti itulah. Jalan 5 menit, berhenti 5 menit, hehe, maaf keun saya teman-teman. Toda juga semakin kualahan, sepatunya licin. She must be careful. Karena sudah sangat kelelahan (saat itu sudah pukul 3 pagi!) dan kondisi mata sepertinya sudah tidak mendukung, akhirnya kami memutuskan untuk mencari tempat yang landai dan nge camp. Mendirikan tenda dan akhirnya tidur.

Paginya, shalat subuh sambil bergetar-getar, hoho. Dingin broo. Tapi kalo buat Sulimah, dia sudah expert banget dalam kondisi dingin seperti ini. Perkenalkan, Sulimah adalah orang Wonosobo. ^_____^ lanjut ya!

Bikin makanan sama minuman untuk menghangatkan tubuh, kemudian cus menuju puncak. Lupa sekitar jam berapa. Mungkin jam setengah tujuh. Mendaki lagi. Tetapi kali ini lebih lancar jalannya, lha gak pake tas. Hihi. Tasnya ditinggal di camp. Biarlah Allah yang menjaga camp nya. Lagian sesama  pendaki, harusnya saling memahami, yang pakai tas cuma mas Mifta aja sang pembawa barang-barang (haha, piss).

Wih, jalan menuju pos 3 lumayan juga, sekitar 15 menit kami sampai di pos 3, itu pun di pagi hari dengan tidak memakai tas dengan rute bebatuan yang sungguh luar biasaaaaaaa. Aku bersyukur karena kami tidak jadi nge camp di pos 3, tidak bisa membayangkan bagaimana jika kami menggendong beban berat sembari melewati rute-rute Wow ini. Naik dan terus naik. Menoleh ke belakang, Waw! MasyaAllah…….. Pemandangannya luar biasa! Allahuakbar! ^_^ hihi, semakin semangat menuju puncak.



PUNCAK
Yeay! Alhamdulillah. Akhirnya sampai puncak juga. MasyaAllah…………. Aku kehabisan kata-kata. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Maha Besar Engkau Ya Allah. Alhamdulillah Allah masih mengizinkan kami sampai puncak sebelum kabut-kabut datang! Allah baik bangettttt… (sayang Allah BANGET)



PULANG
Kami turun sekitar pukul 1 siang (eh, iya gak ya, aku lupa). Saya diskripsikan dulu ya keadaan kami. Kondisi Toda sakit perut dengan sepatu licin. Kondisi Farah bersemangat dengan sandal menghawatirkan. Kondisi Ifni dan Sulimah sehat semangat. Kondisi mas mifta membawa banyak barang termasuk botol-botol kosong beserta bungkus-bungkus s****h bergantungan (ups), haha, maaf pada kondisi ini kami belum bisa bantu bawa barang-barang itu. Kondisi saya sendiri, masih mencoba bersahabat dengan kaki dan juga pundak. Hehe.

Nah, diperjalanan pulang ini, tracknya terlihat dengan jelas. Ternyata di samping kanan adalah jurang. Hyaaaa…. Aku sampai gak percaya kalo mendaki kemarin kami melewati track-track seperti ini, ya mungkin karena gelap, jadinya agak gak kelihatan. Nah, di tengah jalan, pas kami kualahan, ada mas-mas yang agak GJ yang mau nolongin. Haha. Lucu deh. >.< Ya walaupun GJ gitu tapi baik. Makasih makasih.

Hari semakin malam, hampir isya’, penerangan semakin menipis (senternya T.T), senter terbaik adalah punya Toda. Selamat Toda! *_*

Karena banyak hal yang dikhawatirkan, kamipun nge camp lagi. Untunglah, persediaan makan masih mencukupi, gak sia-sia deh ya bawa banyak makanan. Haha. Dan malam itu pun, kami tidur panjang. Mengistirahatkan raga sejenak.

Paginya kami turun dengan kondisi badan yang lebih baik. Menikmati pemandangan dengan lebih khusyuk lagi. Hehe. Ah, indahnyaaa.


Dan Taraaaaa….. sampailah kami di basecamp. Teman-teman, kalian sungguh luar biasyakkkk… ^_^



----------------------------------------------------------------
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Terimakasih ya Allah, karena Engkau telah menghadiahkan rekreasi jiwa dan juga raga. Hanya karena kasih sayang-Mu lah kami bisa merasakan semua ini.

Mendaki gunung sejatinya adalah proses mengenal diri sendiri. Sudah sejauh mana bersahabat dan percaya dengan tubuh ini, sudah sejauh mana kita merawatnya, sudah sejauh mana jiwa ini meletakkan pengharapan hanya kepada-Nya. Dan bonusnya tentu saja keindahan alam yang tiada tara. Dan aku bisa merasakan, di atas awan. Bisa melihat ‘ini gunung’. ^_^

“Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan.” (Qs. Al-Ghasyiah [88]:19)


Walaupun sedikit berlebihan, kalo perjalanan kita kemarin di film kan bagus looooh, haha… (*lupakan)


Sekian, terimakasih. Wassalamu’alaykum wr.wb. (n.n)

Posted by Anisa Wilujeng in | 00:01 No comments
Assalamu'alaikum Wr.Wb. ^^

Alhamdulillah, finally nge-blog lagi, hehe. Sebenernya udah lama sih pengen nge-blog lagi, tapi tiba-tiba kikuk, bingung mau pake model bahasa apa, ckckck. Untungnya hari ini nemu blog punya mbak Meutia Larasati (aku sepertinya lebih cocok dengan bahasa yang beliau gunakan, lebih nyante tapi NGENA, hihi).

Perkenalan dulu yaaa ^_^
Perkenalkan nama saya Anisa Wilujeng, barusan lulus (14 April 2016) dari Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan sekarang sedang mencari jati diri (loh loh :p), haha, maksudnya sedang merencanakan langkah-langkah selanjutnya (mau dibawa kemana diri ini?). Sekarang sedang semangatbanget.com untuk melanjutkan studi ke luar negeri (jadi scholar hunters) karena saya memang doyan banget sama yang namanya sekolah, haha. Semoga bisa segera tereksekusi. Aamiin..

Oke pemirsa, sebenarnya sebelumnya saya sudah mempunyai blog, tapi saya putuskan untuk membuat lagi karena dirasa di blog sebelumnya terlalu nananina (*lupakan). Saya menamai blog ini dengan nama anisalicht . Licht diambil dari bahasa jerman yang artinya cahaya. Karena bahasa inggris sudah terlalu mainstream, saya pilih pake bahasa jerman saja, hehe. Harapannya blog ini juga bisa mencerahkan bagi yang membaca pada umumnya maupun pada si penulis. Sekian perkenalan dari saya. Semoga tulisan-tulisan yang nantinya dimuat dalam blog ini bisa memberi manfaat.


Mengapa saya pada akhirnya memutuskan untuk nge-blog lagi?
Salah satu alasannya adalah:
Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, jilid 10, hal 8, no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 946)

Nah, pas baca hadits di atas, serasa horror sekali. ‘TIDAK AKAN BERGESER KEDUA KAKI’, ya Allah….. bayanginnya aja gak sanggup. Hikz. Lalu apa hubungannya dengan adanya blog ini? Jelas ada hubungannya! Kalo nanti ditanya apa saja yang telah diamalkan oleh ilmunya, hayoooo mau jawab gimana. Padahal di era teknologi saat ini seharusnya kita menjadi lebih mudah dalam membagi-bagikan ilmu (apapun itu yang penting baik). Tinggal ngetik bentar, share, selesai. Berharap semoga bisa memberikan manfaat. Kalau toh gak ada yang membaca, semoga tulisan-tulisan ini bisa menjadi saksi di pengadilan-Nya kelak sebagai salah satu bentuk jihad dan kecintaanku terhadap Allah Swt. Aamiin.  

Apa kesimpulannya? Hayo apa hayooo… ^_^
Kesimpulannya, mari mulai memposting hal-hal yang bermanfaat. Bukan hal-hal yang berbau galau. Lagian untuk apa sih nge-posting hal-hal yang galau-galau gitu? Saya selalu penasaran apa MOTIVASI seseorang untuk nge-posting hal-hal tersebut. Apakah lantas bisa menyelesaikan masalah? Yang ada mah malah jadi tambah galau. Nah, kalau lagi galau mending cuhatnya sama Allah aja, sekalian berdoa. Hehe. Doa kepada Allah itu win-win solutions. Bisa jadi langsung terkabul, bisa menunggu dulu, atau diganti yang lebih baik. Nah, kurang baik apa coba Allah sama kita ^3^


Yuhu, selamat siang, semangat terus yaaaa masyarakat educated Indonesia calon penerus bangsa yang siap bersaing di era global kontemporer dengan akhlaknya yang anggun… J Horas!

Wassalamu'alaykum wr.wb

Search

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter